Langsung ke konten utama

Kearifan Tukang Perahu PINISI

KEARIFAN TUKANG PERAHU

Kayu ukur ketinggian tamadun maritim sesuatu bangsa itu ditunjuk oleh keupayaan mereka membina pengangkutan air, melayarkan dan menyelenggarakannya.

Orang Melayu sejak ribuan tahun dahulu sudah mampu membina pelbagai jenis kapal yang berbeza saiz dan fungsi kegunaan. Contohnya di daerah Bugis-Makassar ada kapal Banawa untuk mengangkut binatang ternak, kapal Pat-Palimbang untuk mengangkut orang, kapal Pat-Dewakang untuk berdagang, kapal Palari untuk kegunaan raja-raja, kapal Minta untuk berperang dan kapal Sande' untuk kegunaan nelayan.

Tukang-tukang perahu melayu bukan sahaja terkenal pakar membina pengangkutan air, tetapi mereka juga bijak memilih bahan baku yakni jenis kayu yang sesuai untuk membuat kapal. Tidak terhenti di situ, orang Melayu turut arif mencipta peralatan tukang untuk membuat perahu. Rekabentuk dan teknik pembinaan kapal melayu tersendiri dan jauh berbeza dengan cara pembuatan orang barat. 

Keunggulan ilmu pembuatan perahu melayu ada pada Panrita Lopi dan Punggawa kapal yang diwarisi turun temurun. Rahasia keahlian mereka bakal terbongkar dalam episod 'Kearifan Membuat Kapal'.

NANTIKAN SINGKAPANNYA DI TV-1, HANYA DI RTM.

#promo05
#legasimaritimmelayu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pinisi Jadi Rumah Sakit Terapung

Kapal Pinisi Disulap Jadi Rumah Sakit Apung JAKARTA, KOMPAS.com - Demi menjangkau ke daerah terpencil, kapal Pinisi disulap Yayasan Dokter Peduli DoctorSHARE menjadi rumah sakit terapung. Kapal berukuran 23,5 x 6,55 meter ini siap membantu masyarakat memperoleh pengobatan yang aman dan bermutu. Kapal ini dilengkapi dengan fasilitas rumah sakit seperti ruang periksa, kamar bedah, kamar Rontgen, laboratorium, ruang rawat inap dan beberapa ruangan penunjang lainnya. "Ada delapan kasur untuk menampung pasien. Selain itu juga terdapat kamar untuk operasi besar. Jadi ini seperti rumah sakit pada umumnya," ujar Sekjen DoctorSHARE dr Luyanti, Kamis (14/3/2013), di Kemayoran, Jakarta Pusat. Ide RS apung ini, kata Luyanti, melihat tidak meratanya layanan kesehatan yang aman bagi masyarakat yang berada di daerah terpencil. "Kami melihat masih banyak masyarakat yang masih sangat sulit untuk mendapatkan kesehatan, khususnya bagi masyarakat yang berada di pulau terpencil. Itu yang men

PINISI Budaya Dari ARA

PERAHU PINISI KARYA BUDAYA ARA DI ANTARA BANGKIT DAN DILUPAKAN  Oleh.Drs.Muhannis (Disampaikan Pada Diskusi Publik Mengenai Pinisi, Desa Ara Sabtu 25 Agustus 2012) A.Pendahuluan Drs.Muhannis Menyebut pinisi,ingatan orang pasti mengarah kepada sebentuk karya cipta anak manusia Ara yang konon adalah nama sebuah kawasan tempat lahir dan berkumpulnya Panrita lopi yang keahliannya terkenal seantero dunia. Kampungnya menyembul di antara bukit kapur yang gersang dan pantai landai di salah satu sudut Bulukumba yang keberadaan karyanya sudah sangat mengkhawatirkan eksistensinya di muka bumi ini.Paling tidak bagi pemerhati-pemerhati kebudayaan yang menghargai dan mengetahui akan keadiluhungan karya cipta itu. Pinisi dengan segala identitasnya, begitu gagahnya berlayar diantara deretan perahu-perahu bangsa lain yang telah bersama-sama mengarungi samudra entah telah berapa tahun lamanya dan berapa tahun lagi sebelum punah.Tapi bagi sebagian orang,termasuk petinggi-petinggi bangsa ini,sepertinya me

Cerita Legenda Pinisi

LEGENDA PINISI karya Panrita Lopi ARA Kapal Pinisi adalah kapal buatan suku Bugis dan suku Makassar, juga menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Sentra penbuatan kapal ini lebih banyak berada di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan dengan beberapa rentetan ritual sepanjang pembuatan dan peluncurannya. Segala hal tentang Pinisi, lebih lanjut seperti berikut ini. 1. Berasal dari Pecahan Kapal Yups, meski megah bak raksasa, kapal Pinisi lahir dari puing-puing kapal yang pecah dihantam ombak. Kisah ini berawal di sekitar abad ke-14, saat putra mahkota Kerajaan Luwu, Sawerigading, berlayar ke negeri China untuk meminang seorang wanita bernama We Cudai. Niat sang Putra Mahkota memang terwujud, tapi nahas saat pelayaran kembali ke kerajaan Luwu, kapal yang ditumpangi pangeran terhadang ombak dan terbelah menjadi tiga. Puing-puing kapal Sawerigading ini kemudian terdampar di tiga tempat berbeda, yaitu di desa Ara, Lemo-Lemo, dan Tanjung Bira. Oleh masyarakat dari ketiga desa ini, pui